Keterbatasan fisik bagi sebagian orang
mungkin sebuah aib. Namun demikian tidak sedikit juga orang dengan
keterbatasan fisik namun tetap memiliki etos kerja yang luar biasa dan
bahkan bisa jadi mengalahkan orang dengan fisik yang normal. Dalam
berbagai bidang kita sering melihat orang dengan keterbatasan fisik
mampu menjadi orang yang sukses dan bahkan lebih dari itu, mereka bisa
memberikan motivasi kepada orang lain.
Salah satu dari sekian banyak kisah
inspiratif yang bisa kita jadikan tauladan adalah kisah Bapak Untung. Ia
adalah seorang yang memiliki keterbatasan fisik dengan tidak memiliki
lengan. Meskipun tanpa lengan, ia tetap gigih mengajar. Bagaimana
kisahnya, simak di bawah ini.
Pak guru Untung tidak memiliki lengan
adalah sebuah fakta, namun semua kekurangan yang dimiliki Pak Untung
tidak pernah membuat nya menjadi orang yang lemah. Ia tetap menjadi
seorang yang optimis dan tetap bekerja dengan giat seperti orang normal
yang lain. Profesi mulia nya sebagai seorang guru Madrasah Ibtidaiyah
tetap ia jalani dengan ikhlas dan sepenuh hati. Pak Untung adalah salah
satu Guru Honorer yang aktif mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Miftahul Ulum Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Kerja keras dan perjuangannya menjadi
seorang guru profesional dibuktikan dengan kemampuan kaki nya saat ini
yang bisa menggantikan tangannya. Tidak kalah dengan orang normal
lainnya, jemari kaki Pak Untung dengan lihai menari-nari mengoperasikan
tombol laptop. Ia pun tidak canggung menggunakan perangkat laptop untuk
mendukung pekerjaanya sebagai seorang Guru. Bukan itu saja, Pak Untung
bahkan juga mampu menuliskan lafal ayat-ayat Al Quran di papan tulis
untuk anak didiknya.
pak untung juga digaji Rp.300.000 selama kurang lebih 22 tahun mengabdi sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Fisik Untung yang tak sempurna, namun kegigihannya luar biasa.Untung tak memiliki lengan. Namun itu semua bukanlah penghalang bagi Untung tetap gigih menularkan ilmu ke murid-murid tercintanya.
Tak ada lengan, kaki pun jadi. Dengan lihai, Untung menggerakan kakinya untuk mengoperasikan tombol-tombol laptop. Untung pun tak canggung untuk menuliskan lafal ayat-ayat suci Al Quran di papan tulis agar murid-muridnya lebih mengerti.
Materi yang diajarkannya tak kalah dengan tulisan tangan normal. Tulisan kaki Untung sangat rapi dan mudah dipahami. Namun Selama 22 tahun sudah Untung mengabdi sebagai tenaga pendidik honorer dan Ia hanya mendapat gaji Rp 300 ribu saja.
Perhatian yang kurang dari pemerintah bukan berarti harus berkeluh-kesah. Guru Untung memilih untuk tetap semangat menjalani hidup demi menghidup istri dan 2 anaknya.
Untung berternak ayam di rumahnya. Saat sore hari, Untung pun membuka pengajian dengan jumlah murid mencapai 120 orang. Untung hanyalah 1 dari contoh guru teladan yang kini semakin jarang ditemukan.
pak untung juga digaji Rp.300.000 selama kurang lebih 22 tahun mengabdi sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Fisik Untung yang tak sempurna, namun kegigihannya luar biasa.Untung tak memiliki lengan. Namun itu semua bukanlah penghalang bagi Untung tetap gigih menularkan ilmu ke murid-murid tercintanya.
Tak ada lengan, kaki pun jadi. Dengan lihai, Untung menggerakan kakinya untuk mengoperasikan tombol-tombol laptop. Untung pun tak canggung untuk menuliskan lafal ayat-ayat suci Al Quran di papan tulis agar murid-muridnya lebih mengerti.
Materi yang diajarkannya tak kalah dengan tulisan tangan normal. Tulisan kaki Untung sangat rapi dan mudah dipahami. Namun Selama 22 tahun sudah Untung mengabdi sebagai tenaga pendidik honorer dan Ia hanya mendapat gaji Rp 300 ribu saja.
Perhatian yang kurang dari pemerintah bukan berarti harus berkeluh-kesah. Guru Untung memilih untuk tetap semangat menjalani hidup demi menghidup istri dan 2 anaknya.
Untung berternak ayam di rumahnya. Saat sore hari, Untung pun membuka pengajian dengan jumlah murid mencapai 120 orang. Untung hanyalah 1 dari contoh guru teladan yang kini semakin jarang ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar