Cobalah tengok blog milik teman-teman kita, pasti kita menemukan gaya bahasa mereka masing-masing. Ada yang puitis, ada yang melankolis bahkan ada yang sadis, tentu saja sesadis Afgan. Setiap beranda yang kita singgahi menyajikan kata yang berbeda padahal huruf yang digunakan sama. Kenapa bisa begitu.
Tere Liye menjelaskan bahwa dalam buku-buku yang biasa kita baca akan membentuk gaya bahasanya yang akan kita tulis. Maka seringlah membaca karya sastra yang memiliki kalimat indah sehingga didalam benak kita pun menyimpan pembendaharaan kata-kata yang indah.
Maka tak heran jika novel Tere Liye juga memiliki judul yang indah, seperti;Tentang Kamu, Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, Rembulan tenggelam di wajahmu dan lain sebagainya. Jadi kalau mau membentuk gaya bahasa yang puitis seringlah membaca kumpulan puisi, jika ingin memiliki tulisan penuh analisis bacalah artikel para pakar, sehingga tulisan mereka membekas di benak kita yang akan menjadi diksi saat kita menulis nanti. Lagi-lagi itu nasihat Tere Liye bukan Ridwan Liye.
Salam Literasi
#Day15AISEIWritingChallenge
Kalimatnya selalu enak dibaca. Murid Tere liye tulen.
BalasHapusTerimakasih pak
HapusSaya biasa baca artikelnya Mas Sugih arto pak, gaya bahasanya lugas kyk orang ngobrol .... Sama kyk buku2 Ustadz Yusuf Mansur..... Ceplas ceplos apa adanya.
BalasHapusBener ini pengikut tere liye..nanti jadi ridwan liye beneran
BalasHapusBisa saja Ridwan Liye...
BalasHapusAyooo Terus Membaca agar bertemu dengan diksi yang berbeda walaupun kata yang digunakan sama...